Jumat, 16 Agustus 2013

Ya Allah, Kapan Kemerdekaan Ini Kan Berakhir.. ?

 suatu sore, 17 agustus. seorang ibu tua duduk terpekur diatas angkot. ke-2 matanya basah menatap lekat panci besar terlilit kain lusuh yang ada diatas pangkuannya. tutup panci yang telah penyok di sana-sini sesekali turut berguncang mengikut irama angkot yang berguncang menggilas aspal yang tidak rata. bubur sumsum putih ada banyak didalam panci itu.

dengan ujung kain yang dipilin ibu itu menyeka ke-2 matanya. ditariknya nafas panjang-panjang, seakan pingin buang semua beban yang ada. dia lantas berkata lirih, “pemerintah akan bunuh kita pelan-pelan…”

dikarenakan di angkot cuma ada ibu itu, saya, serta supir, maka saya lalu mengangguk. ibu itu kembali bicara, “sekarang jualan semakin sulit. bisa 20 ( ribu ) saja seharian telah bagus. akan beli gas tidak ada duit, minyak tanah tidak ada. ”

supir angkot yang duduk di depan menimpali. “nyupir juga sepi bu. saya 15 ( ribu ) saja seharian telah bagus. jadi kerap nombok. ”

saya yang duduk di sudut cuma terdiam. begitu pedih kemerdekaan ini. tak tahu kenapa saya terbayang bocah-bocah kecil yang kerap saya temui mengamen di buskota waktu pulang kerja. dengan bertelanjang kaki berbekal kecrekan dari tutup botol, bocah-bocah yang tetap cedal mengucap kata sulit payah bernyanyi. ada juga yang bermain-main di dalam jalur waktu lampu merah menyala.

saya juga ingat di satu malam waktu melalui persimpangan jalur, bocah-bocah yang tetap amat kecil itu tertidur nyenyak diatas trotoar beratapkan langit kelam. wajah-wajahnya amat damai. mereka saling berpelukan seakan membagi kehangatan. mudah-mudahan allah memberinya mimpi indah. mimpi tidur di kasur empuk dengan belaian serta dekapan ibu papanya.

tiba di rumah, di teve seorang ustadz selebritis sedang ceramah masalah ukhuwah. segera saya matikan teve. tempo hari, ustadz itu tidak ingin ada di acara masjid kampung dikarenakan kami tidak dapat sediakan honor sebesar yang dimintanya. orang-orang seperti ini cuma jadikan agamanya sebagai komoditas. mereka hidup dari islam, bukan hanya menghidupi islam.

saya yang saat ini gantian menghirup nafas panjang. tetap demikian banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi. kita hidup di negeri miskin, namun beberapa pejabat serta tokoh umat banyak yang lupa daratan. saat umat tetap saja kelaparan walau sudah memeras keringat sampai keluar darah, orang-orang yang tuturnya pemimpinnya cuma repot mengejar harta serta jabatan.

beberapa bagian dpr cuma repot merampok duit umat melalui biaya. pejabat yang lain sedang plesir dengan duit rakyat. serta hanya satu yang dapat membuat mereka mendekat ke umat cuma saat mereka perlu umat. sesudah itu diabaikan kembali. umat hanya komoditas, bukan hanya amanah.

saya teringat abu dzar al-ghifari yang dengan geram berupaya membakar istana beberapa pejabat, dikarenakan ada banyak umat yang tidak mempunyai rumah. saya cuma mengurut dada serta menarik nafas lebih panjang.

didalam munajat malam, saya berdoa, “ya allah, kapankah kemerdekaan ini kan berakhir.. ?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar